Sabtu, 20 Juni 2020

iman dan taqwa H. Cecep Firdaus Syuro Indonesia – Jakarta Mesjid Jami Kebon Jeruk Markaz Indonesia Jakarta


ilustrasi bayan tabligh 

Assalamu alaikum Wr Wb.

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam kita panjatkankan kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya yang mulia dan para sahabat yang agung, juga kepada pengikutnya yang setia hingga akhir zaman, bahwasanya kita semuanya masih diberikan kesehatan dan kesempatan pada hari ini untuk sama-sama melaksanakan perintah-Nya dan beribadah kepada Allah SWT.

Hidup di dunia ini hanya sementara saja, dan umur manusia hanya sekitar 60 – 70 tahun saja rata-rata, tidak ada yang abadi. Allah ciptakan keabadian hanya untuk di akherat. Apa yang ada di dunia ini dan apa yang di usahakan oleh manusia tidak ada yang kekal. Jadi apa yang diusahakan manusia ini pasti musnah, ini mutlak adanya dan bukan teori. Tidak ada yang kekal di dunia ini, rumah akan hancur, mobil akan rusak, umur akan habis, harta akan ditinggalkan, bahkan alam ini akan hancur pada waktunya, semuanya memiliki batasan. Tidak ada yang tidak terbatas didunia ini, semuanya ada batasannya, yang tidak terbatas nanti di akheratnya Allah. 
Jadi yang namanya dunia ini spenuh dengan ketidak pastian dan tipuan. Sedangkan kepastian ini akan datang hanya dengan janji-janji Allah di akherat, inilah yang pasti dan yang kekal. Masalahnya hari ini manusia kerjanya hanya mengusahakan perkara-perkara yang tidak pasti dan tidak abadi, mati-matian lagi. Inilah yang namanya kebodohan dan inilah yang namanya tertipu. Ibarat kita pergi berlayar dengan kapal lalu kita mampir hanya untuk transit di suatu pulau. Lalu dipulau itu kita mati-matian kerja, bangun rumah, seakan-akan kita akan menetap, padahal itu hanya tempat pemberhentian sementara. Ketika kapal akan melanjutkan perjalanan maka kita harus naik ke kapal itu tidak mungkin tinggal. Maka suatu kebodohan jika kita keluarkan seluruh barang dan usaha kita untuk membangun kehidupan yang akan kita tinggalkan.

Nanti akan datang suatu masa dimana manusia akan terkaget-kaget dan terbelalak melihat kenyataan yang sebenarnya. Ketika itu, semua manusia akan menyesal dan minta dikembalikan ke dunianya untuk beramal. Tetapi ketika itu semua penyesalan sudah tidak ada gunanya. Kehidupan akherat akan terbentuk dari apa yang diusahakan oleh manusia ketika masih hidup di dunia. Segala amal baik dan amal buruk akan kita rasakan hasilnya nanti di akherat. Amal yang membawa ridho Allah akan mengantarkan kita ke Surga dan Amal yang membawa Murka Allah akan mengantarkan kita ke Neraka Allah. Sedangkan kehidupan kita di Surga ataupun di Neraka sifatnya adalah Abadi, tidak seperti di dunia yang sifatnya sementara. Jadi pilihannya nanti di akherat antara bahagia selama-lamanya atau menderita selama-lamanya.

Dunia ini adalah tempat untuk kerja bagi orang beriman. Apa kerjanya yaitu usaha atas perintah-perintah Allah. Sedangkan untuk orang yang tidak beriman, Dunia ini adalah tempat tinggal mereka dan tempat untuk mencari kesenangan bagi mereka. Sedangkan di akherat orang yang tidak beriman tidak akan mendapatkan bagian apa-apa selain kesengsaraan yang abadi yaitu di Nerakanya Allah sebagai tempat tinggal mereka selama-lamanya. Jadi dunia ini bagi orang beriman bukan tempat untuk bersenang-senang, tetapi tempat untuk sbersabar atas aturan Allah. Nanti ada masanya jika kita mau sabar di dunia, maka di akherat Allah akan sediakan masa yang tidak terbatas untuk kita buat bersenang-senang. Di dunia ini semuanya ada batasannya tidak ada yang abadi. Senang ada batasnya, Susah ada batasnya, Bahagia ada batasnya, Sedih ada batasnya, Sehat ada batasnya, Sakit ada batasnya, apa pembatasnya yaitu mati. Setelah mati lain cerita, tergantung amal yang kita kerjakan ketika di dunia. Orang yang senang hidup di dunia, tidak mungkin senang selama-lamanya karena suatu saat dia pasti akan mati. Tetapi setelah mati belum tentu di akherat dia akan senang. Orang yang susah ketika di dunia ada batasnya, paling susah adalah mati, tetapi setelah mati belum tentu dia susah di akherat. Kalau dia sabar di dunia taat pada perintah Allah bisa saja dia mendapatkan kebahagiaan selama-lamanya di akherat dan masuk surga lebih dulu 500 tahun dibanding orang kaya. Begitu juga dengan bahagia dan sedih, sehat dan sakit, semuanya dibatasi oleh mati, setelah mati semuanya selesai. Jadi sementara saja sifatnya di dunia, pindah alam lain ceritanya lagi, tergantung amal yang kita kerjakan di dunia. Jadi kehidupan yang sukses di dunia adalah kehidupan yang dapat mengantarkan kita kepada Surganya Allah. Selain itu adalah kehidupan yang gagal.

Ciri-ciri orang yang menjadikan dunia sebagai tempat tinggalnya dapat terlihat dari usahanya yang mati-matian sehingga melalaikan perintah Allah demi sesuatu yang sifatnya sementara saja kenikmatannya. Sedangkan ciri-ciri orang yang menjadikan akherat sebagai tempat tinggalnya dapat terlihat dari kesibukannya atas amal-amal agama sehingga dia rela meninggalkan kenikmatan dunia demi kehidupan di akherat. Orang yang menjadikan akherat sebagai tempat kembalinya maka dia akan selalu mengedepankan nilai amal dalam setiap keadaan, pekerjaan dan perbuatannya. 

Sedangkan orang yang menjadikan dunia sebagai tempat tinggalnya maka dia akan selalu mengedepankan nilai-nilai keduniaan dan kebendaan dalam setiap keadaan, pekerjaan, dan perbuatannya. Seorang Ahli Dunia ini akan bekerja mati-matian demi yang namanya harta dan benda agar dia bisa mendapatkan rasa aman dari kehidupannya di dunia. Seperti dengan usaha atas harta untuk dapat membeli rumah, mobil, pakaian, listrik, air, telepon, dan lain-lain. Sehingga seseorang harus berusaha mati-matian, kerja lembur, demi bisa memenuhi rasa amannya untuk hidup di dunia ini. Ketika keduniaannya terganggu atau tidak terpenuhi maka dia akan cemas dan takut. Rasa takut inilah yang menyebabkan Ahli dunia ini sengsara, yaitu takut miskin, takut susah, takut dipecat, takut segala-galanya, takut kepada selain Allah. Sedang Ahlul Iman Rasa Takut yang menyebabkan dia bahagia, yaitu takut kepada Allah.

Padahal yang namanya keamanan dan kenyamanan ini datangnya dari Allah bukan dari kebendaan yang kita miliki. Berapa banyak orang yang punya listrik, air, baju, makanan, rumah, mobil, berlebih-lebihan tetapi tidak bisa merasa aman dan tenang. Sedangkan Nabi SAW makannya saja hanya dari roti kasar yang disepih, pakaiannya hanya ada dua, rumahnya super kecil terkadang ketika beliau hendak sholat harus mengangkat kaki Aisyah RA agar tidak menghalanginya, tetapi setiap beliau pulang kerumah selalu berkata, “Bayyiti Jannati : Rumahku Surgaku”. Nabi SAW tidak pernah mengeluh akan kondisinya bahkan ketika beliau SAW ketika ditawarkan oleh Allah kekayaan malah ditolak oleh Nabi SAW. Lihat bagaimana kondisi kita hari ini seberapa jauh perbedaan kehidupan kita dibanding dengan kehidupan Nabi SAW, dan bagaimana kita menghadapinya. Hari ini apa yang telah ditolak oleh Nabi SAW itu yang kita minta kepada Allah dan yang kita kejar-kejar. Hari ini kita mencari kekayaan dan kemewahan agar bisa mendapatkan yang namanya kenyamanan. Pernah Nabi SAW selimutnya dilipat oleh istrinya agar bisa memberikan kenyamanan pada Nabi SAW, itu malah ditegor oleh Nabi SAW dengan alasan dapat mengganggu tahajjudnya. Hari ini kita tidur pakai kasur empuk, pakai AC, selimut tebal buat apa? Jawabnya biar bisa tidur nyenyak. Sungguh berbeda kehidupan kita dengan apa yang Nabi SAW cari. Inilah keadaan kita hari ini apa yang kita cari berbeda dengan apa yang dicari oleh Nabi SAW. Seorang ulama berkata bahwa kenyamanan itu dapat melalaikan kita dari Allah, sedangkan Mujahaddah dapat mendekatkan kita kepada Allah.

Nabi SAW tidak pernah mencontohkan kalau mau bahagia dan jaya harus menjadi kaya. Bahkan Nabi SAW berkata mahfum bahwa fitnah terbesar dari umatnya adalah harta. Inilah yang diyakini Nabi SAW dan inilah kehidupan yang di ikuti oleh para sahabat RA. Umar RA ketika menaklukkan persia dan menerima tumpukan harta ghanimah yang banyak dia malah menangis karena Nabi SAW tidak pernah mencontohkannya untuk hidup bergelimangan harta. Akhirnya harta itu dibagi-bagikan oleh umar kepada sahabat-sahabatnya yang memerlukan sampai habis. Lalu khadamnya umar berkata sahabat-sahabatnya yang menerima pemberian itu malah membagi-bagikannya lagi sampai habis kepada orang lain. Inilah yang dicontohkan oleh sahabat RA.

Di dunia ini hanya ada 2 macam usaha :

1. Usaha Nabi Usaha atas Iman dan Amal
2. Usaha Musuh Nabi Usaha atas Asbab dan Kebendaan

Usaha Nabi ini adalah usaha atas hati-hati manusia untuk mengenal Rabbnya. Bagaimana Allah kirim 124.000 Nabi untuk membuat usaha agar manusia ini mempunyai Iman dan Amal yang betul. Mengingatkan manusia akan kampung akherat, inilah usaha yang dilakukan para Nabi. Allah kirim para Nabi agar kita ini dapat selamat di dunia dan di akherat. Tidak bisa dengan cara lain, hanya cara Allah dan Nabinya saja yang benar, yang lain tidak ada yang benar. Hanya cara Nabilah yang dapat membawa manusia kepada keselamatan, sedangkan cara musuh-musuh nabi hanya akan membawa manusia kepada kebinasaan seperti yang telah Allah kabarkan di dalam Al Qur’an. Di Al Qur’an Allah telah ceritakan bagaimana akhir dari usaha musuh-musuh para Nabi :

  1. Kaum Ad yang membuat usaha atas kesehatan dan kekuatan sampai menyatakan, “Siapa lagi yang lebih kuat dari kami”.
  2. Kaum Tsamud membuat usaha atas teknologi dan arsitektur sampai mampu membangun bangunan-bangun di dalam gunung.
  3. Kaum Madyan usaha atas perekonomian sangking canggihnya ekonomi mereka bisa membuat sesuatu yang diharamkan oleh Allah yaitu Riba menjadi terlihat halal dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Madyan.
  4. Kaum Saba yang membuat usaha atas pertanian dan perkebunan sampai bisa menentukan waktu panen, jalur jatuh buah, dan jumlah buah yang akan jatuh dalam hitungan langkah.
  5. Kaum Luth usaha atas peningkatan kepuasan sexualitas sampai mereka berani mencoba dari kaumnya yang sejenis dari laki-laki dan perempuan.
  6. Firaun atas kekuasaan sampai mengaku sebagai tuhan karena merasa yang paling hebat dan paling berkuasa. Firaun sampai berkata, “Tuhan Mana yang lebih tinggi dari saa ?.” maksudnya dia merasa sebagai Tuhan yang tertinggi.
  7. Qorun usaha atas Harta Benda yang gudang hartanya saja, kuncinya harus dibawa dengan empat onta. Dia sampai berkata, ”Harta yang saya dapat ini adalah milik saya saya. Ini adalah hasil jerih payah saya karena kepintaran saya, dan bukan karena pemberian atau pertolongan Allah.”
  8. PM Hamman usaha atas karir politik dan jabatan. Usaha PM Hamman ini sebagai politikus adalah bagaimana dia ini bisa tetap berada dalam kekuasaan yang tertinggi.

Semua usaha ini pada akhirnya Allah hancurkan dan Allah binasakan. Walaupun begitu semua usaha yang dilakukan oleh musuh-musuh Nabi ini wujudnya masih ada sampai sekarang. Sudah menjadi fakta bahwa efek dan hasil dari usaha musuh-musuh Nabi ini dapat melalaikan kita dari perintah-perintah Allah. Inilah sebabnya bahwa akhir dari usaha-usaha tersebut berujung pada kebinasaan dan kegagalan dalam kehidupan dunia dan akherat. Hanya ada satu usaha saja yang di ridhoi Allah dan dapat menghasilkan kebahagiaan dan kesuksesan untuk manusia di dunia dan akherat, yaitu usaha Nabi SAW. Selain dari cara itu hanya akan mendatangkan Murka dan Adzab Allah yang ujung-ujungnya adalah penderitaan dan kebinasaan di dunia dan di akherat.

Peradaban manusia ini mundur bukan karena ekonomi, teknologi, politik, militer, kekayaan, atau kekuasaan. Tetapi peradaban manusia ini mundur disebabkan karena manusia sudah meninggalkan Sunnah Nabi SAW. Walaupun itu perkara 1 hari lapar dan 1 hari kenyang, karena ini sunnah. Kini manusia telah mengalami degradasi kehidupan dan peradaban asbab meninggalkan sunnah. Dulu di jaman para sahabat RA asbab mereka memegang teguh sunnah Nabi SAW dengan kuat, maka 2/3 dunia pernah takluk dibawah kaki para sahabat RA. Rahmat dan Pertolongan Allah akan datang dalam kehidupan kita jika kita mau mengamalkan sunnah nabi SAW dengan sempurna. Sedangkan masalah akan datang jika kita sudah meninggalkan sunnah Nabi SAW. Ketika perang Uhud semua pasukan muslim asbab pertolongan Allah mampu memukul mundur musuh pada awalnya karena mengikuti daripada instruksi atau sunnah Nabi SAW. Namun ketika pasukan musuh kembali menyerang ke bukit Uhud pasukan muslim mampu dikalahkan dan dibuat kocar kacir asbab tentara Islam meninggalkan instruksi atau Sunnah daripada Nabi SAW, sehingga pertolongan Allah tidak turun. Inilah penting kita menjaga sunnah dalam kehidupan kita agar pertolongan Allah turun kepada kita.

Jadi Islam ini jaya bukan karena Teknologi, Ekonomi, Militer, Ilmu Pengetahuan, Kekuasaan, dan Kekayaan. Tetapi Islam ini jaya karena pertolongan Allah. Seperti :

1. Di perang Badr kaum muslimin yang jumlahnya hanya 313 orang terdiri dari orang tua, anak-anak, sedikit yang muda dengan persenjataannya yang sangat minim dengan modal beberapa kuda dan ada yang menggunakan senjata dari hanya sebatang ranting. Tetapi asbab adanya pertolongan Allah, kaum muslimin mampu mengalahkan pasukan musuh yang berjumlah 1000 orang lebih memakai kuda yang tangguh, pendekar-pendekar perang yang ahli, persenjataan yang lengkap, dan dengan kekuatan yang lebih besar. Jika pertolongan Allah sudah turun siapa yang mampu mengalahkan Islam. Semua musuh Islam gentar pada sahabat ketika itu bukan karena jumlah atau persenjataan perang, tetapi asbab kekuatan dibelakang yang menjaga para sahabat RA, yaitu kekuatan Allah.

2. Ketika Saad RA hendak menyerang Persia ketika itu pasukan Islam terhalangi oleh Sungai besar yang deras airnya dan dalam ketinggiannya. Namun sudah menjadi tradisi para sahabat setiap ada masalah langsung minta pada Allah maka seketika itu pula masalah selesai. Asbab do’a sahabat ini pasukan yang jumlahnya ± 10.000 orang mampu berjalan diatas permukaan air sungai tanpa air menyentuh telapak kaki kuda. Inilah pertolongan Allah yang hadir bersama sahabat. Pasukan Persia yang jumlahnya 200.000 orang ketika itu jauh lebih banyak 20 kali lipat akhirnya lari tunggang langgang ketakutan.

3. Ketika utusan Persia datang ke Cina untuk meminta bantuan kepada kaisar cina mengalahkan pasukan Muslim ketika itu, Kaisar Cina memerintahkan mata-matanya memantau pasukan muslim. Lalu setelah memantau pasukan muslim beberapa lama, akhirnya mata-mata Raja cina kembali dan membuat laporan kepada sang Raja. Apa kata mata-mata kaisar itu bahwa disiang hari pasukan muslim ini saling berkasih sayang satu hati dan di malam hari mereka beribadah kepada tuhannya seperti pendeta terjaga semalam suntuk. Lalu apa jawab kaisar cina kepada utusan Persia : “Walaupun aku kumpulkan tentara yang panjangnya dari dari Persia sampai ke Cina ujungnya, maka kalian tidak akan mampu mengalahkan mereka !”

Inilah kehebatan Islam yang menyebabkan musuh-musuh Islam gentar menghadapi pasukan Islam ketika itu. Padahal kaum muslimin dari segi teknologi, ekonomi, kekuasaan, kekuatan militer, dan kekayaannya jauh kalah dibandingkan bangsa-bangsa besar yang menjadi musuh mereka yaitu Persia dan Romawi. Namun asbab adanya pertolongan dari Allah, bangsa besar seperti Persia dan Romawi tidak mampu menaklukkan kaum muslimin yang dari segi keduniaan sangat terbelakang. Mengapa pertolongan Allah turun di jaman Sahabat tetapi tidak di jaman kita. Padahal Allahnya masih sama, Nabinya masih sama, Kitabnya masih sama, Kiblatnya masih sama, tetapi mengapa para sahabat hidup dalam kemuliaan dan kita hidup dalam kehinaan. Ini karena para sahabat mengamalkan agama secara sempurna sehingga pertolongan Allah ada bersama mereka. Sedangkan kita demi kepentingan dunia kita tinggalkan perintah Allah sehingga hidup kita saat ini dilanda banyak masalah.

Bagaimana cara mendatangkan pertolongan Allah yaitu dengan mengamalkan amal-amal agama dengan sempurna. Hanya dengan amal-amal agama, Islam akan kembali jaya sebagaimana jayanya Islam dijaman Nabi SAW dan para Sahabat RA.

Sekarang masalahnya bagaimana kita bisa membawa umat untuk mampu mengamalkan agama secara sempurna yaitu tidak lain dengan Dakwah. Hanya dengan dakwah agama akan tersebar, Iman akan terperbaiki, Akhlaq manusia akan bagus, Umat akan bersatu, Amal Ibadah akan meningkat, Do’a akan didengar, baru pertolongan Allah akan turun. Imam Malik bilang, “Tidak ada cara lain memperbaiki umat pada kurun waktu sekarang selain menggunakan cara pada masa kurun waktu awal.” Apa itu cara yang digunakan untuk memperbaiki umat pada masa kurun waktu awal, yaitu dengan Dakwah.